BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kolaborasi merupakan
istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja
sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan
sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai
kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung
gugat.
Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan
perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation
(AMA), 1994).
Intinya kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab
bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi
dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat
dengan ahli medis lainnya.
Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas
materi tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin
dalam keperawatan jiwa?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Khusus
1.3.1.1 Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik
V
1.3.2
Tujuan Umum
1.3.2.1 Untuk
mendeskripsikan bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Dapat
memahami tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
1.4.2
Bagi Masyarakat
1.4.2.1 Masyarakat
dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan maupun refrensi khususnya
tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelayanan dan
Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional
(perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit
jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa,
tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien
sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari
anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit
jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting.
Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu
rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya
dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini
pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional,
maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disana
anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah
ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka
disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah
yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat
berada disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua
masalah pasien dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik
dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan
sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati
dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan
seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
2.2 Elemen
Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus
bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai
kolaborasi interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung
jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah ini.
Kewenangan
|
Komunikasi
|
Tanggungjawab
|
Tujuan Umum
|
Kerjasama
|
Kolaborasi
Interdisiplin
Efektif |
Pemberian Pertolongan
|
Kordinasi
|
Ketegasan
|
2.2.1
Kerjasama adalah menghargai
pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat
dan perubahan kepercayaan.
2.2.2
Ketegasan
penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus
untuk dicapai.
2.2.3
Tanggung
jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya.
2.2.4
Komunikasi
artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis.
2.2.5
Pemberian
pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan pertolongan
namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati.
2.2.6
Kewenangan
mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
2.2.7
Kordinasi
adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit jiwa,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
2.2.8
Tujuan
umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan untuk
kesehatan pasien sakit jiwa.
Kolaborasi
dapat berjalan dengan baik jika :
ü Semua
profesi mempunyai visi dan misi yang sama
ü Masing-masing
profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
ü Anggota
profesi dapat bertukar informasi dengan baik
ü Masing-masing
profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim.
2.3 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam
Pelayanan Keperawatan Jiwa
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum,
konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang
difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkan
seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan
keperawatan jiwa antara lain :
2.3.1
Memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional untuk pasien sakit jiwa
2.3.2
Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi
sumber daya
2.3.3
Peningkatnya
profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
2.3.4
Meningkatnya
kohesifitas antar profesional
2.3.5
Kejelasan
peran dalam berinteraksi antar profesional
2.3.6
Menumbuhkan
komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.
2.4 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi
Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa
dikembangkan dengan mudah. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
:
2.4.1
Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan
anggota tim
2.4.2
Struktur organisasi yang konvensional
2.4.3
Konflik peran dan tujuan
2.4.4
Kompetisi interpersonal
2.4.5
Status dan kekuasaan, dan individu itu
sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang
efektif maka keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara
anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa
yang berkualitas.
Kolaborasi
interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam keperawatan
jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg
konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan
kekuasaan, dan individu itu sendiri
3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, J. Karen and Williams. 1999.
Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal Health, Second Editions.
Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Dochterman , Joanne McCloskey PhD, RN, FAAN. 2001
Current Issue in Nursing. 6th Editian . Mosby Inc.USA
Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model
Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan Struktur dan Proses
(Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. EGC. Jakarta
Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN.,
FAAN , alih bahasa Indraty Secillia, 2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan
Orang Dewasa dan Lansia, EGC. Jakarta
FOMAT
PENILAIAN MAKALAH ILMIAH MAHASISWA
A. IDENTITAS
KELOMPOK
1.
Nama kelompok : ALIT
PATRISNA
APDIENA
SOEKARATHA
AYU
WULANDARI
CHANDRA
GUNAWAN
NGURAH
FEBRA TRIANTA
2. Jumlah
anggota kelompok : 5
orang
B. PENILAIAN
Aspek
yang dinilai
|
skor
|
|
ket
|
Tata
tulis
|
4
3
2
1
|
>80%
sesuai kaedah penulisan EYD
60-90%
sesuai kaedah penulisan EYD
50-59%
sesuai kaedah penulisan EYD
<50%sesuai
kaedah penulisan EYD
|
|
Daftarpustaka
|
4
3
2
1
|
Minimal
4 sumber
Minimal
3 sumber
Minimal
2 sumber
Minimal
1 sumber
|
|
Isi
tulisan
|
4
3
2
1
|
>80%
sesuai topik
60-79%
sesuai topik
50-59%
sesuai topik
<50%
sesuai topik
|
|
Etika
penulisan(plagiarism)
|
4
3
2
1
|
Tidak
ada kemiripan dengan kelompok lain
10-30%
ada kemiripan dengan kelompok lain
31-60%
ada kemiripan dengan kelompok lain
61-100%
ada kemiripan dengan kelompok lain
|
|
Total
nilai
|
|
|
|
Catatan :
Nilai batas lulus adalah 3,00
1. Bila
nilai makalah di bawah 3,00, maka tugas akan dikembalikan untuk di perbaiki
sampai mendapatkan nilai minimal 3,00.
2. Bila
nilai etika penulisan 0 maka makalah harus di ulang (termasuk kelompok yang
sama).
1. Nama Kelompok : ALIT
PATRISNA
APDIENA SOEKARATHA
AYU WULANDARI
CHANDRA GUNAWAN
NGURAH FEBRA TRIANTA
2.
Jumlah
anggota kelompok : 5 orang
C. PENILAIAN
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Ket.
|
|
Kejelasan mengemukakan intisari
dari tulisan
|
4
3
2
1
|
>80%
60-79%
50-59%
<50%
|
|
Kelancaran dalam penyajian, media
penyajian
|
4
3
2
1
|
>80%
60-79%
50-59%
<50%
|
|
Kemampuan dalam mengemukakan argumentasi
|
4
3
2
1
|
>80%
60-79%
50-59%
<50%
|
|
Total nilai
|
|
|
|
Catatan :
Nilai batas lulus adalah 3,00
Bila nilai presentasi di bawah 3,00,
maka harus mengulang presentasi sampai mendapatkan nilai minimal 3,00.
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI
PERSEORANGAN MAHASISWA
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota Kelompok :
No
|
Nama
Mahasiswa
|
Kehadiran
|
Keaktifan
|
Partisipasi
|
Sikap
|
1.
|
Alit Patrisna
|
|
|
|
|
2.
|
Apdiena Soekaratha
|
|
|
|
|
3.
|
Ayu Wulandari
|
|
|
|
|
4.
|
Chandra Gunawan
|
|
|
|
|
5.
|
Febra Trianta
|
|
|
|
|
Keterangan :
1. Kehadiran diisi dengan tanda tangan
2. Keaktifan mahasiswa dalam bertanya
atau dalam menjawab pertanyaan
3. Partisipasi : mahasiswa mengikuti
sampai presentasi selesai
4. Sikap selama presentasi
5. Rentang nilai 1,0 – 4,0 (kecuali
kehadiran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nunas saran lan kritik majeng ring para pengwacen sami demi kemajuan blog puniki..
Suksma..