24 Februari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU BURUNG



BAB I
PENDAHULUAN




1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Bagi penulis dapat ikut berpatisipasi dalam mengembangkan daya   kreatifitas dalam pembuatan ASKEP melalui keikutsertaan dalam ASKEP competition.
1.2.2  Untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pembuatan asuhan keperawatan yang optimal.
1.2.3  Ikut serta dalam program pengembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih professional baik segi ilmu pengetahauan maupun keterampilan.
1.3 MANFAAT
1.3.1  Memperluas pengetahuan tentang ASKEP melalui sharing pendapat dengan mahasiswa dari kampus lain, sehingga dapat saling bertukar pengetahuan tentang penyakit Flu Bururng.
1.3.2 Mengetahui cara metode pembuatan ASKEP yang lebih komprehensif dan sesuai perkembangan global.
1.3.3 Menambah pengalaman berkompetisi sebagai bekal dalam pengembangan diri.








BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  PENGERTIAN

ـ     Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
ـ     Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemi

2.2  ETIOLOGI
Virus penyebab Flu Burung di Indonesia adalah Virus Influenza A subtipe H5N1. Virus Influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza - HPAI). Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2) terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari pada 0o C. Virus akan mati pada pemanasan 60o C selama 30 menit atau 56o C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

2.3  EPIDEMIOLOGI
Bila dilihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak 1960-an. Berikut kilasannya:
ـ           1968: Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
ـ           1997: Flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
ـ           1999: Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong dengan menginfeksi dua orang.
ـ           20 Mei 2001: Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
ـ           7 Februari 2002: Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong. Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar teritorialnya.
ـ           April 2003: Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
ـ           15 April 2003: Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akan memeriksa  berasal dari Belanda. Peraturan itu diberlakukan hingga negeri kincir angin itu bebas dari penyakit flu burung. Instruksi itu sendiri dikeluarkan oleh Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes.
ـ           Nopember 2003: Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle.
ـ           Desember 2003: Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu korban.
ـ           22 Desember 2003: Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan manusia, muncul di antara ayam-ayam di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul.
ـ           24 Desember 2003: Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung. Sepanjang 2003: Ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
ـ           Januari 2004: Penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong dan Taiwan.
ـ            13 Januari 2004: Flu burung menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam dan Jepang. Para peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas karena sakit. Tapi sampai sekarang, belum dikonfirmasikan apakah peristiwa itu disebabkan flu burung. Hongkong dan Kamboja telah melarang impor ayam dari negara-negara yang telah terkena wabah itu. Wabah flu burung menyebar cepat di Vietnam, ketika satu juta ayam tewas. Para peternak Vietnam pun diperintahkan untuk membunuh semua ayam yang sakit. Sementara itu, para pejabat di Jepang mengatakan, enam ribu ayam tewas karena virus flu burung dan ribuan ayam akan dibasmi. Ribuan ayam juga mati karena virus flu burung di Korea Selatan.
ـ           14 Januari 2004: Penyebaran flu burung juga sudah mencapai Jepang dan merajelala di kawasan 800 kilometer sebelah barat daya Tokyo. Enam ribu ekor ayam di kawasan itu mati akibat virus dan 30 ribu ekor lainnya terpaksa dibinasakan pada hari-hari mendatang.
Badan Penyakit Hewan Sedunia (OIE) mengirim tim peneliti ke Asia guna menyelidiki penyakit flu burung yang telah menghancurkan industri peternakan ayam di sejumlah negara Asia. OIE mengatakan, penelitian dilakukan di Vietnam di mana Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, wabah Flu Burung telah menewaskan dua orang anak dan seorang dewasa. RRC menyatakan, negara itu bebas dari Flu burung.
ـ           15 Januari 2004: WHO mengatakan, flu burung yang menyebar di peternakan ayam di Asia telah menewaskan sedikitnya tiga orang di Vietnam, tapi dilaporkan virus itu belum menyebar ke manusia.
ـ           16 Januari 2004: Empat orang yang tewas di Vietnam dikonfirmasikan terkena flu burung. Kebanyakan ahli meyakini, transmisi penyakit ini berasal dari burung ke manusia dan bukan dari manusia ke manusia.
ـ           17 Januari 2004: Dua juta unggas di Vietnam dimusnahkan akibat terjangkit virus flu burung.
ـ           29 Januari 2004: Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif terkena virus Avian Influensa.
ـ            30 Januari 2004: Dalam dua pekan terakhir ini beredar vaksin ilegal flu burung atau avian influenza di kalangan peternak ayam di Kota Banyumas, Jawa Tengah. Para peternak terpaksa membeli vaksin tersebut karena khawatir dengan meluasnya wabah flu burung. Sementara vaksin resmi dari pemerintah sulit diperoleh
Jelas tampak pada Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya ternak unggas terserang flu burung dengan risiko kematian. Walau belum teridentifikasi adanya serangan virus itu dari unggas kepada manusia, tetap perlu diwaspadai dengan menyelenggarakan suatu surveilans khusus di daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” sampai keadaan kembali normal. Untuk mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia, mendapatkan gambaran epidemiologi KLB flu burung ke manusia dan membuktikan tidak adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia di setiap daerah di Indonesia.
ـ           Agustus 2003: Di Indonesia, flu burung telah menyerang peternakan unggas pada pertengahan Agustus 2003. Sampai awal 2007 menurut Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan Departemen Pertanian tercatat 30 provinsi mencakup 233 kabupaten/kota yang dinyatakan tertular flu burung pada unggas. Pada manusia pertama kali terjadi pada bulan Juni 2005 dimana virus flu burung/H5N1 telah menyerang tiga orang dalam satu keluarga dan mengakibatkan kematian ketiganya. Sejak saat itu jumlah penderita flu burung terus bertambah, sampai Maret 2007 jumlah penderita flu burung yang terkonfirmasi sebanyak 89 orang dan 68 orang diantaranya meninggal.

2.4  GEJALA KLINIS
Pada Manusia :
      - demam (suhu badan diatas 380 C)
      - batuk dan nyeri tenggorokan
      - radang saluran pernafasan atas
      - pneumonia
      - infeksi mata
      - nyeri dada
            - muntah, diare
            - anoreksia
Pada Unggas :
-    jenggernya berwarna biru
-    borok di kaki
-    kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100%     dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu
-    adanya cairan pada mata dan hidung
-    keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut
-    diare
-    haus berlebihan dan cangkang telur lembek
-    masa inkubasi sekitar seminggu

2.5  KRITERIA DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dengan :
1.      Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .
2.      Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38º C, napas cepat dan hiperemi farings (farings kemerahan).
3.      Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia, trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
4.      Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status   oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.
5.      Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 a.l. dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin (probable) atau pasti (confirmed).
6.      Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator memburuknya penyakit avian influenza.

2.6  DIAGNOSA BANDING
-          pneumoni
-          bronchitis
-          ISPA

2.7  PENATALAKSANAAN
-          pasien dirawat dalam ruang isolasi:
waspada terhadap penularan melalui udara (transmisi airbone) selama masa penularan, yaitu 7 hari pertama sejak timbulnya gejala demam (38 0C)
-          pasien di ruang rawat biasa:
setelah hasil usap nasofaring negatif berulang kali dengan PCR atau biakan
setelah hari ke 7 demam, kecuali demam berlanjut sampai 7 sesuai pertimbangan dokter yang merawat kasus demi kasus.

2.8  TERAPI
Terapi pencegahan:
a. Pada Unggas :
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
ـ           Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
ـ           Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
ـ           Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
ـ           Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
ـ           Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
ـ           Imunisasi.
2. Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
-     Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada      tubuhnya)
-     Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.

Terapi pengobatan:
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1.      Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2.      Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3.      Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4.      Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
5.      Antiviral golongan neurominidaseinhibitor :
- zanavir: secara inhalasi 2 x sehari
- oseltamivir: oral 2 x sehari selama 5-7 hari
6. Dianjurkan untuk pencegahan bagi orang yang terpajan dengan oseltamivir   1 x 75 mg sehari selama 1 minggu
7.  Antibiotik bila terdapat pneumonia bakterial
8. Amati gejala

2.9  PROGONOSIS
Pada unggas :   
-          Tingkat kematian mencapai 100% hanya dalam kurun waktu 48 jam
Pada manusia :
-          Terjadi gagal nafas dan gagal multi organ yang ditandai dengan gejala   tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan sepsis dan bahkan kematian.

2.10  KOMPLIKASI
       Komplikasi akan terjadi bila pasien terlambat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Adapaun komplikasinya adalah gagal nafas dan gagal multi organ yang ditandai dengan gejala tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan sepsis dan bahkan kematian.

A.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
v  Identitas pasien
v  Status kesehatan
§ Status kesehatan saat ini
-    Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
-    Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
-  Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
§ Status kesehatan masa lalu
-    Penyakit yang pernah dialami
-    Pernah dirawat
-    Alergi
-    Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
§ Riwayat penyakit keluarga
§ Keadaan lingkungan (memelihara hewan unggas )
v  Pola Kebutuhan dasar (menurut Virginia Hunderson)

§  Bernafas
§  Makan dan minum
§  Eleminasi
§  Gerak dan aktifitas
§  Istirahat tidur
§  Pengaturan suhu tubuh
§  Kebersihan diri
§  Rasa nyaman
§  Rasa aman
§  Sosial
§  Pengetahuan
§  Rekreasi
§  Spiritual
§  Prestas
v  Pemeriksaan fisik
o   Keadaan umum
o   Tanda – tanda vital (Nadi,Temp,RR,TD)
o   Pemeriksaan penunjang
-          Darah rutin (leukosit, hitung jenis, Hb)
-          Fungsi hati
-          Fungsi ginjal
-          Ronsen foto dada
-          AGD
-          Deteksi virus
o   Pemeriksaan laboratorium:
a.       Isolasi virus dari bahan:
-          Darah
-          Internal organ
-          Hapusan hidung dan mulut
b.      Serologi:
1.      Antibody detection:
-          ELISA (enzim link assay/ELA)
-          HI (Haemaglutinin Inhibition Test)
-          CFT (Compliment Fixation Test)
2.      Antigen detection: (HI, IF/FA)

v  Data Subjektif
-          Pasien mengatakan badannya terasa panas
-          Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya
-          Pasien mengatakan tidak nafsu makan
-          Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas
-          Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare

v  Data objektif
-          Suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C
-          Pada pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru
-          BB menurun
-          Pasien tampak batuk dan mengeluarkan sputum
-          Pasien tampak sesak dengan RR diatas 30 x/menit
-          PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg
-          Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolic < 60 mmHg
-          Serum kreatinin ≥ 2mg/dl
-          Jumlah limfosit, leukosit dan trombosit menurun

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi sekret
b.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada
c.       Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan meningkatnya peristaltik usus ditandai mual muntah
e.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic usus ditandai dengan diare.
f.       Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob ditandai dengan pasien tampak meringis

3.      RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret









Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas pasien efektif
Kriteria hasil :
Eksudat dapat dapat di keluarkan
-       Berikan psioterapi dada dan Anjurkan pasien untuk batuk efektif
-       Berikan cairan sedikitnya 2500 ml per hari (kecuali kontra indikasi)
-       Pengisapan sesuai indikasi ( pasien tidak sadar)
-       Kolaborasi dalam pemberian tindakan nebulizer
-       Dengan batuk efektif dan pembersihan eksudat, jalan nafas pasien menjadi lancar
-       Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan merangsang pengeluaran sekret
-       Pemberian udara hangat dan basa dapat mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
-       Pemberian obat melalui Neboliser  akan membantu mengencerkan dahak
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada

Tujuan :
Setelah diberikan askep selama ….x24 jam pola nafas pasien kembali normal
Kriteria hasil :
Mandiri :
-        Pantau pemasukan/ pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan, catat kehilangan tak kasat mata. Timbang berat badan sesuai indikasi.
-        Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa, adanya edema dependen/ umum.
-        Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan). Auskultasi bunyi nafas, catat adanya krekels.
-        Kaji ulang kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan. Pastikan minuman/ makanan yang disukai pasien
-        Hilangkan tanda bahaya dan ketahui  dari lingkungan. Berikan kebersihan mulut yang sering.
-        Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuai indikasi.
Kolaborasi :
-        Berikan cairan IV melalui alat kontrol.
-        Pemberian antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetobenzamid (tigan), sesuai indikasi.
-        Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin, protein plasma, elektrolit.

-       Evaluator langsung status cairan. Peubahan tiba-tiba pada berat badan dicurigai kehilangan/ retensi cairan.
-       Indikator langsung status cairan/ perbaikan ketidakseimbangan.
-       Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan cairan/ terjadinya gagal mungkin dimanifestasikan oleh hipertesi, takikardi, takipnea, krekels, distres pernapasan.
-       Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian informasi melibatkan pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan individu dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
-       Dapat menurunkan rangsang muntah
-       Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
-       Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila pasien GJK.
-       Dapat membantu menurunkan mual/ muntah (bekerja pada sentral, daripada di gaster) meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
-       Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/ efek ketidakseimbangan.


4.      EVALUASI
a.         Eksudat dapat dapat di keluarkan
b.         Pola napas pasien menjadi efektif dengan RR 16-20 x / menit






5.      PATHWAYS








 





































 
Sesak napas

 
Hipoksia
 
                                                                                                         







 
↑ ekspansi dada

 
Metabolisme anaerob
 
                                                                                                                   







 





                                                                                                             


                             Interleukin-1 (IL-1)
AgAb = Antigen Antibodi




BAB III
PENUTUP




1.      KESIMPULAN

a.       Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemi
b.      Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus Flu Burung adalah :
·         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi sekret
·         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada
·         Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan meningkatnya peristaltik usus ditandai mual muntah
·         Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic usus ditandai dengan diare.
·         Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob ditandai dengan pasien tampak meringis


2.      SARAN
Dalam pembuatan ASKEP diharapkan proses pengkajian, pelalaksanaan dan pendokumentasian harus dilakukan secara cermat dan lengkap karena hal tersebut digunakan sebagai indikator dalam menentukan diagnosa dan tindakan keperawatan yang tepat dalam meningkatkan status kesehatan pasien.



DAFTAR PUSTAKA


2 komentar:

Nunas saran lan kritik majeng ring para pengwacen sami demi kemajuan blog puniki..
Suksma..